wayang golek



Seni Wayang Golek adalah bentuk pertunjukan boneka kayu dengan ukiran berkarakter Sunda. Pertunjukan ini biasanya dilakukan malam hari mulai pukul 22.00 hingga dini hari atau sekitar pukul 04.00, mengambil cerita dari evos Ramayana karya Valmiki atau Mahabrata karya Vyasa. Kesenian ini kerap dipergelarkan dalam rangka perayaan khitanan atau perkawinan. Pada perkembangannya, pertunjukan wayang golek ini pun kerap dipentaskan untuk event peresmian sebuah gedung atau institusi atau dalam event ulang tahun sebuah institusi.
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata wayang dengan bayang, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.

Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.

Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut:
  1. Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara;
  2. Babak unjal, paseban, dan bebegalan;
  3. Nagara sejen;
  4. Patepah;
  5. Perang gagal;
  6. Panakawan/goro-goro;
  7. Perang kembang;
  8. Perang raket; dan
  9. Tutug. Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya).

Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain:
  1. Wunggal (anak tunggal);
  2. Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia);
  3. Suramba (empat orang putra);
  4. Surambi (empat orang putri);
  5. Pandawa (lima putra);
  6. Pandawi (lima putri);
  7. Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri);
  8. Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.

Puppet is a form of folk theater is very popular. People often connect the word "puppet" with a "shadow", as seen from a puppet show put on screen, where images appear. In West Java, in addition to shadow puppets, the most popular puppet show. With regard to the puppet show, there are two kinds of them puppet show flat (crew cut) and the puppet show existing prototypes in the Sunda region. Unless wayang wong, of all the puppets were played by a puppeteer as a leader who once sang suluk show, voicing Antawacana, set the gamelan set of songs and others.

As generally puppets storyline, the puppet shows are also usually has a good story and carangan strains derived from the Ramayana and Mahabharata with Sundanese Sundanese gamelan accompaniment (salendro), which consists of two saron, a Pekinese, a selentem, boning one device, one device rincik boning, one kenong device, a pair of gongs (kempul and goong), coupled with a set of drums (a drum and three kulanter Goong), xylophone and fiddle.

Pengadegan puppet patterns are as follows:
  1. Tatalu, puppeteer and sinden on stage, gending row / kawit, version murwa, Nayndra, mysticism / kakawen, and biantara;
  2. Round unjal, paseban, and bebegalan;
  3. Nagara sejen;
  4. Patepah;
  5. The war failed;
  6. Panakawan / goro-goro;
  7. War of flowers;
  8. The war racket, and
  9. Tutug. One function in society is ngaruat puppet, which is clear from the accident (distress).

Some people who diruwat (Sukerta), among others:
  1. Wunggal (only child);
  2. bear Bugang (a sister whose brother passed away);
  3. Suramba (four sons);
  4. Surambi (four daughters);
  5. the Pandavas (five sons);
  6. Pandawi (five daughters);
  7. Talaga Kausak date (enclose a son in girls);
  8. Ocean Sindang wedge (a daughter in the wedge two sons), and so forth.
Puppet show is currently more dominant as folk art performances, which have functions that are relevant to the needs of the society, both spiritual and material needs. This way we can see from some of the activities in the community such as when there is celebration, a good celebration (party festivity) in order circumcisions, weddings and other diriingi sometimes with live puppet show.

Sumber : http://www.bandungtourism.com/tododet.php?q=wayang%20golek#indonesiadet

Comments

Popular posts from this blog

SILOKA SEMAR BADRANAYA

Mengenal Tokoh Wayang Golek